Apa itu Infaq? Manfaat, Contoh dan Perbedaannya dengan Zakat
Dalam ajaran Islam, konsep berbagi rezeki sangat ditekankan sebagai salah satu bentuk ibadah kepada Allah SWT. Salah satu bentuk amal kebajikan yang dikenal luas adalah infaq. Artikel ini akan membahas secara komprehensif tentang apa itu infaq, manfaatnya, contoh penerapannya, dan perbedaannya dengan zakat.
Pengertian Infaq
Infaq berasal dari kata Arab "anfaqa" yang artinya memberikan harta atau sebagian rezeki kepada orang lain dengan sukarela. Dalam konteks Islam, infaq diartikan sebagai tindakan memberikan harta atau bantuan kepada sesama sebagai bentuk kepedulian sosial.
Manfaat Infaq
Al-Qur'an mengajarkan bahwa setiap amal kebajikan, termasuk infaq, akan mendatangkan pahala besar di akhirat. Melalui Surah Al-Baqarah (2:261), Allah berfiman:
"Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki." (Surah Al-Baqarah (2:261).
Infaq juga memberikan manfaat sosial yang besar. Melalui infaq, kita dapat membantu mereka yang membutuhkan, seperti fakir miskin, yatim piatu, atau orang-orang yang sedang dalam kesulitan. Hal ini membantu membangun kebersamaan dan solidaritas dalam masyarakat.
Selain manfaat sosial, infaq juga memiliki dampak positif pada ekonomi. Infaq dapat menjadi modal sosial yang memperkuat ekonomi umat dan membantu mengentaskan kemiskinan. Dengan memberikan peluang usaha kepada yang membutuhkan, infaq berperan dalam pengembangan ekonomi masyarakat.
Contoh Infaq
Infaq dapat dilakukan dalam skala kecil (kehidupan sehari-hari) maupun skala besar. Adapun contoh penerapannya adalah sebagai berikut:
Infaq dalam Kehidupan Sehari-Hari
Contoh penerapan infaq dalam kehidupan sehari-hari dapat berupa memberikan sebagian rezeki kepada tetangga yang sedang kesulitan, memberikan makanan kepada orang yang kelaparan, atau menyumbangkan pakaian yang masih layak pakai kepada mereka yang membutuhkan.
Infaq dalam Skala Besar
Infaq juga dapat dilakukan dalam skala besar, seperti mendirikan yayasan sosial, membiayai pembangunan fasilitas kesehatan, atau memberikan beasiswa kepada yang membutuhkan. Contoh-contoh ini mencerminkan kontribusi nyata dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Perbedaan Infaq, Zakat, dan Shodaqoh
Meskipun memiliki kemiripan dalam tujuan, yaitu kebaikan, infaq, zakat, dan shodaqoh adalah tiga hal yang berbeda. Untuk memahami perbedaannya, mari kita simak ulasan di bawah ini:
Definisi Zakat dan Shodaqoh
Zakat adalah kewajiban memberikan sebagian harta yang telah mencapai nisab kepada yang berhak menerimanya, sementara shodaqoh adalah bantuan sukarela yang diberikan tanpa kewajiban tertentu.
Perbedaan Infaq dan Zakat
Perbedaan mendasar antara infaq dan zakat terletak pada sifatnya. Zakat bersifat wajib dan memiliki ketentuan tertentu, sedangkan infaq bersifat sukarela dan dapat diberikan tanpa ketentuan khusus.
Perbedaan Infaq dan Shodaqoh
Sementara itu, perbedaan infaq dan shodaqoh terletak pada kewajiban. Infaq dapat diberikan untuk kontribusi pada pembangunan masjid, sekolah Islam, fasilitas kesehatan Islam, dan berbagai proyek lain yang terkait dengan kepentingan umat Islam, sedangkan shodaqoh lebih berorientasi pada memberikan bantuan kepada mereka yang membutuhkan, seperti fakir miskin, anak yatim, dan janda.
Cara Infaq yang Baik dan Benar
Infaq tidak boleh dilakukan secara sembarangan. Terdapat hal-hal yang harus Anda pahami terlebih dahulu dalam melakukan infaq, yaitu:
Syarat dan Rukun Infaq yang Sah
Dalam pelaksanaannya, infaq memiliki rukun yang harus dipenuhi terlebih dahulu. Kepatuhan terhadap rukun ini menjadi kunci agar kegiatan infaq dianggap sah sesuai dengan ketentuan agama. Terdapat empat rukun dalam praktik infaq yang perlu diperhatikan.
a. Rukun infaq
Berikut adalah beberapa rukun infaq yang perlu dipahami:
-
Pemberi infaq (munfiq)
-
Penerima infaq (munfiq lahu)
-
Barang untuk infaq
-
Penyerahan (Ijab Qabul)
Semua empat rukun tersebut harus ada dalam proses penyaluran harta, dan kegiatan ini dianggap sah jika harta yang disalurkan diterima dengan baik oleh pihak penerima. Selain itu, pemberi infaq tidak memiliki hak untuk mencabut atau meminta kembali barang atau harta yang sudah disalurkan kepada penerima.
b. Persyaratan infaq
Selain rukun, terdapat pula persyaratan infaq yang perlu dipenuhi dalam suatu amalan, antara lain:
Persyaratan bagi munfiq
Beberapa persyaratan harus dipenuhi oleh seseorang yang ingin menjadi munfiq, antara lain:
-
Memiliki harta yang mencukupi untuk infaq
-
Tidak dibatasi hak atas harta dan dirinya karena suatu alasan
-
Disarankan dilakukan oleh orang yang telah baligh dan berakal
-
Dilakukan secara sukarela tanpa adanya paksaan
Persyaratan bagi munfiq lahu
Munfiq lahu atau penerima infaq juga harus memenuhi beberapa persyaratan, seperti:
-
Harus berwujud nyata
-
Sudah baligh, walaupun anak-anak bisa menjadi penerima jika memenuhi syarat dan diwakilkan oleh wali atau orang yang bertanggung jawab atas mereka.
Persyaratan untuk harta yang akan diinfakkan
Selain munfiq dan munfiq lahu, harta yang diinfakkan juga harus memenuhi beberapa persyaratan, seperti:
-
Harus benar-benar ada dan berwujud
-
Harus berasal dari harta yang memiliki nilai guna dan digunakan
-
Harus nyata dan dapat dimiliki
-
Harta atau benda tidak boleh berhubungan dengan tempat yang dimiliki oleh pemberi infaq.
Tips Infaq yang Efektif
Untuk meraih berkah agung dari infaq dan sedekah, seorang Muslim perlu mengikuti pedoman yang diajarkan oleh Islam dalam melaksanakan kedua bentuk amal kebajikan tersebut.
a. Bersedekah dan Berinfaq secara Ikhlas
Pelaksanaan ibadah infaq dan sedekah harus dilakukan dengan penuh rela dan ikhlas, bukan karena tekanan dari pihak luar, dan tentu bukan untuk mendapatkan pujian dari manusia.
Prinsip ini tercermin dalam firman Allah SWT dalam surah Al-Bayyinah ayat 5:
"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan [ikhlas] kepada-Nya dalam [menjalankan] agama yang lurus…" (QS. Al-Bayyinah [98]: 5).
Meskipun di awal, seseorang mungkin belum sepenuhnya ikhlas, namun dengan kebiasaan, sikap rela dan ikhlas akan muncul. Syaratnya, niat dalam ber-infaq dan bersedekah haruslah untuk mematuhi perintah Allah SWT, bahkan jika niat tersebut belum sepenuhnya ikhlas.
b. Berinfaq dengan Harta yang Halal dan Terbaik
Langkah kedua dalam tata cara ber-infaq dan sedekah adalah menggunakan harta yang halal, bahkan sebaiknya yang terbaik di antara harta yang dimiliki. Anjuran untuk bersedekah dengan harta yang terbaik ditegaskan dalam firman Allah pada surah Ali Imran ayat 92:
"Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebaikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya,” (QS. Ali Imran [3]: 92).
c. Tidak Membanggakan Sedekah dan Infaq yang Sudah Diberikan
Adab ber-infaq yang selanjutnya adalah tidak membicarakan atau membanggakan pemberian tersebut setelah ditunaikan. Mengungkit-ungkit sedekah, terutama di depan orang yang menerimanya, dapat menyakitkan dan menyinggung perasaan.
Dari sudut pandang yang memberi, tindakan ini juga dapat menjadi indikasi dari riya. Seseorang yang memperlihatkan ibadahnya untuk mendapatkan pujian, pahalanya dapat tertolak, dan hal tersebut merupakan bentuk syirik kecil yang tidak disukai oleh Allah SWT.
Larangan untuk membicarakan sedekah setelah diberikan tertulis dalam surah Al-Baqarah ayat 262:
“Orang-orang yang menafkahkan harta-Nya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada kekhawa-tiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati,” (QS. Al-Baqarah [2]: 262).
Kesimpulan
Infaq memiliki peran penting dalam membentuk masyarakat yang peduli dan saling membantu. Dengan memahami pengertian infaq, manfaatnya, dan cara pelaksanaannya, kita dapat menjadi agen perubahan positif dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Dengan melibatkan prinsip-prinsip ajaran Islam, infaq menjadi sarana untuk mencapai ridha Allah, dan kesejahteraan.
Jika Anda ingin lebih mendalami informasi seputar ekonomi Syariah, Anda dapat mengunjungi Sharia Knowledge Centre (SKC) oleh Prudential Syariah. SKC adalah kanal informasi, inovasi, dan kolaborasi yang akan membantu Anda menjalani transaksi keuangan dengan prinsip-prinsip Syariah yang benar dan berkelanjutan.
Sharia Knowledge Centre (SKC) sendiri merupakan platform bagi para penggiat ekonomi Syariah untuk meningkatkan literasi dan inklusi keuangan Syariah sekaligus bergotong-royong memajukan ekonomi Syariah dan menjadikan Indonesia sebagai pusat perkembangan ekonomi Syariah global.
Untuk mencapai tujuan tersebut, Sharia Knowledge Centre (SKC) bekerja sama dengan berbagai pemain industri ekonomi Syariah melalui berbagai program kemitraan strategis. Anda bisa mendapatkan informasi seputar edukasi Syariah dan kumpulan fatwa dalam ekonomi Syariah dengan mengunjungi Prudential Syariah Sharia Knowledge Centre (SKC).